Market Dengan Pivot Point
Cara Trading Dengan Pivot Point menawarkan solusi termudah dan tercepat untuk menentukan arah dan kekuatan tren pasar terkini. Beginilah caranya. iklan iklan Saat trader ingin mengetahui kapan tren harga akan berlanjut atau berakhir, salah satu solusi andalannya adalah dengan menggunakan Pivot Point (PP). PP menjadi pilihan populer karena dapat menampilkan letak titik-titik Resistance dan Support secara otomatis. Selain menguasai fungsi dasar PP tersebut, Anda juga dapat belajar cara trading Pivot Point supaya dapat memberikan sinyal trading akurat nan menguntungkan.
Dasar Trading Dengan Pivot Point
Sebelum memasuki era trading online ritel, Pivot Point lazim digunakan oleh para Floor Trader (pialang, trader bursa) sebagai patokan untuk menentukan sejauh mana market trend telah berjalan. Dulu, mereka menghitung posisi Pivot menggunakan formula sederhana seperti berikut:
Pivot Point (PP) = (harga tertinggi + harga terendah + harga penutupan) / 3
Berikutnya, perhitungan Pivot Point menjadi basis untuk mendapatkan informasi letak level-level Support dan Resistance penting pada jangka trading tertentu. Cara trading Pivot Point umumnya menggunakan Timeframe Daily sebagai panduan untuk mengatur posisi trading Intraday. Sampai sekarang pun, indikator PP masih populer digunakan trader untuk mengantisipasi kelanjutan atau akhir dari tren market. Bedanya, jika dulu Floor Trader menghitung secara manual, sekarang Anda dapat menggunakan Kalkulator Pivot Point untuk menampilkan level-levelnya secara otomatis. Berikut adalah langkah-langkah dasar cara trading Pivot Point untuk mendapatkan sinyal dan eksekusi Market Order:
a. Identifikasi Arah Dan Kekuatan Tren
Cara trading Pivot Point bertumpu pada dua skenario laju pergerakan harga terhadap level Support atau Resistance (SR), seperti berikut:
- Harga akan menembus SR terdekat untuk meneruskan laju trend.
- Harga berbalik arah (memantul) ketika mendekati SR terdekat, pertanda tren telah melemah atau mengalami koreksi.
Lingkaran merah menunjukkan candle Bearish telah berhasil menembus (Breakout) level Support pertama (S1) dan terus menurun hingga level Support berikutnya (S2). Persegi biru dan oranye menyorot perubahan arah tren ketika harga menyentuh level Support dan Resistance.
Pada praktik trading nyata, tiap trader memiliki peraturan Entry sesuai dengan sistem trading masing-masing. Sebagai panduan umum, peraturan cara trading Pivot Point dalam membuka posisi mengikuti beberapa standar berikut:
Berapa besar bagian dari modal untuk setiap posisi?
Jumlat Lot (volume) pada setiap posisi trading harus diatur berdasarkan Position Sizing, supaya risiko terkontrol dan target profit jangka panjang dapat tercapai.
Apakah candlestick ditutup melewati garis Resistance atau Support?
- Jika candlestick Bullish (biru) tidak mampu tertutup di atas garis Resistance, maka kemungkinan besar tren akan berbalik menurun. Sebaliknya, bila candle Bearish (merah) tak dapat ditutup di bawah garis Support, maka tren kemungkinan berbalik mendaki.
- Jika candle Bullish berhasil ditutup di atas garis Resistance, tren berpeluang lanjut mendaki. Sebaliknya, jika candle Bearish ditutup di bawah garis Support, tren cenderung lanjut menurun.
Eksekusi Exit Rules lebih penting dari pembukaan, karena keuntungan atau kerugian hanya akan terealisasikan pada saldo akun setelah posisi ditutup. Karena itu, trader harus berhati-hati mengatur target profit dan membatasi kerugian.
Menentukan posisi SL dan TP sebagai bagian dari Exit Rules dengan rasio risk/reward = 2 Trader profesional lazim menggunakan Rasio Risk/Reward sebagai salah satu komponen Money Management untuk mengatur seberapa besar target profit atau batas kerugian maksimal sesuai toleransi. Penentuan Stop Loss juga dapat menerapkan Trailing Stop, supaya keuntungan yang sudah diraih suatu posisi dapat diamankan saat harga bergejolak naik turun selama rilis berita atau ada peristiwa penting berdampak tinggi.
Modifikasi Cara Trading Pivot Point
Untuk meningkatkan akurasi sinyal trading, trader dapat mengombinasikan Pivot Point dengan beberapa indikator pendukung tambahan, misalnya seperti berikut:
a. Cara Trading Pivot Point Dengan MACD
Indikator MACD terkenal sebagai salah satu osilator paling populer karena fleksibilitasnya sebagai penunjuk kekuatan tren harga terkini. Umumnya, sinyal Bullish (Buy) dihasilkan ketika garis MACD bergerak ke atas level angka 0 atau memotong garis sinyal ke atas. Sebaliknya, sinyal Bearish muncul saat garis MACD menyeberang level 0 atau garis sinyal ke bawah. Karena properti tersebut, MACD cocok digunakan sebagai indikator pendukung untuk meningkatkan akurasi sinyal trading Pivot Point. Contohnya seperti berikut:
Pada gambar di atas, Candle berhasil ditutup di bawah level Support pertama pada Indikator Pivot Point. Sinyal Bearish tersebut diperkuat dengan konfirmasi dari Indikator MACD (kotak kuning). Kedua, indikator MACD juga mampu menunjukkan gejala Divergence sebagai pertanda kemungkinan reversal. Pada kondisi tersebut, trader bisa mendapat peluang trading dengan memantulnya pergerakan harga pada level-level Resistance dan Support Pivot Point.
Pada gambar kedua ini, histogram pada MACD bergerak berlawanan arah dengan harga yang bergerak mendaki (Bearish Divergence). Dengan begitu, trader dapat memprioritaskan peluang Sell ketika harga hendak mendekati level Resistance terdekat.
b. Kolaborasi Pivot Point Bersama RSI
Indikator RSI biasanya digunakan trader untuk menentukan kekuatan tren terkini. Jika garis osilator RSI bergerak menuju level > 70, maka kemungkinan harga sudah memasuki periode jenuh beli (Overbought) dan berpotensi berbalik menurun. Kontras, sinyal Bullish muncul saat indikator RSI berada pada level < 30 yang mengindikasikan kondisi jenuh jual (Oversold). Karena itu, kondisi Overbought dan Oversold dapat menjadi pendukung saat harga mendekati level-level Support atau Resistance pada Pivot Point.
Dari chart di atas, candle nampak tak mampu ditutup pada level Resistance kedua (kotak biru). Sinyal Bearish tersebut terkonfirmasi dengan osilator RSI yang hampir menyentuh level Overbought.
c. Cara Trading Pivot Point Dengan Pola-Pola Candlestick
Dengan bantuan formasi candlestick, trader dapat mengidentifikasi kekuatan dan arah trend dengan cepat, hanya melalui visualisasi grafik harga itu sendiri (Naked Trading). Beberapa pola candlestick relatif sering muncul dan dapat dipertimbangkan sebagai pendukung sinyal-sinyal trading dari Pivot Point. Misalnya seperti contoh berikut:
Pola candlestick Spinning Bottom mengonfirmasi sinyal Reversal mendaki, sedangkan pola Bearish Engulfing mendukung sinyal Reversal menurun. Dua pola candlestick tersebut hanyalah sebagian dari kemungkinan-kemungkinan terbentuknya formasi pola candlestick (Baca juga artikel Pola-pola Candlestick yang Paling Menguntungkan).
Dari sekian banyak pola-pola candlestick, ada satu pola candle yang frekuensinya bisa dibilang paling sering muncul dan perlu diperhatikan ketika terbentuk di dekat level-level SR pada Pivot Point:
- Jika candle membentuk pola Pin Bar Bearish setelah menyentuh Resistance, maka semakin panjang sumbu atas (Upper Shadow), semakin besar pila peluang jualnya.
- Sebaliknya, bila terbentuk Pin Bar Bullish setelah harga menyeberang Support, semakin panjang sumbu bawahnya (Lower Shadow), semakin besar pula akurasi sinyal beli.
Masih Banyak Cara Trading Pivot Point Lainnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar