Bagi kebanyakan trader, penggunaan indikator teknikal dipercaya mampu meningkatkan akurasi sinyal trading. Salah satu indikator yang bisa ditambahkan adalah indikator momentum. Bagaimana cara aplikasinya?
#Indikator Forex
#Tips
#Momentum
#Indikator
#Strategi Trading Forex
#Artikel
#Cara Analisa Forex
#Forex
#Belajar Trading Forex
Untuk memaksimalkan profit trading, setiap trader pasti membutuhkan yang namanya strategi. Nah di dalam strategi itu, tentu akan terselip indikator. Salah satu contoh indikator yang bisa ditambahkan dalam chart adalah indikator momentum. Lantas, apa sih indikator momentum itu? Lalu apa saja tipsnya agar penggunaan indikator ini lebih maksimal?
Mengenal Indikator Momentum
Indikator momentum disebut sebagai indikator Oscillator tertua yang pernah ada. Terkadang, indikator ini disebut sebagai ROC (Rate of Change).
Pada dasarnya, indikator momentum termasuk dalam indikator teknikal yang berfungsi memberikan informasi mengenai selisih harga Close hari ini dengan Close sebelumnya. Rumus perhitungan indikator momentum ada dua, yaitu:
Momentum = Harga Close hari ini – Harga Close N hari yang lalu
Momentum = (Harga Close hari ini/Harga Close N hari yang lalu)*100
*N adalah periode berapapun yang Anda perlukan
Cara perhitungan rumusnya pun mudah; jika Anda ingin menuliskan perhitungan momentum 7 hari untuk harga X, maka Anda tinggal mengurangkan harga tersebut dengan harga 7 hari yang lalu. Namun untuk saat ini, Anda tidak perlu repot-repot lagi menghitungnya karena indikator momentum sudah tersedia secara otomatis di platform trading MetaTrader4.
Selain memberikan informasi selisih harga pasar, indikator ini membantu trader mengetahui kekuatan tren yang ada. Pergerakan harga pasar yang selalu naik turun tidak menentu, dapat diatasi dengan indikator momentum sebagai penunjuk sinyal tren apa yang sedang terjadi.
Bagaimana cara Anda mengetahui sinyal tren yang sedang terjadi? Indikator momentum ditampilkan dengan sinyal naik turun dengan batas tengah 0, batas atas 100 dan batas bawah -100. Kuncinya yaitu:
Ketika harga bergerak ke atas garis 100, itu artinya harga akan mulai meninggi karena harga sudah melampaui harga N periode lalu.
Sebaliknya jika harga jatuh di bawah 100, artinya harga sudah jauh di bawah harga N periode lalu, sehingga harga akan cenderung merosot.
Bisa dibilang indikator Oscillator tertua ini cara kerjanya mirip dengan Moving Average Convergence Divergence (MACD), tetapi indikasi yang ditimbulkan berbeda. Nilai seberapa jauh indikator di atas garis 100 atau garis -100 menjadi patokan untuk mengetahui kekuatan trend.
Inilah alasan kenapa indikator momentum berguna untuk menyediakan sinyal trading sekaligus mengkonfirmasi trading berdasarkan Price Action, seperti reversal (pembalikan harga), continuation (penerusan trend), dan lainnya. Selain mendeteksi kekuatan trend, indikator yang satu ini juga dipakai untuk divergensi.
Bagi seorang trader, penggunaan indikator memegang peranan penting untuk mempertajam analisa teknikal. Indikator teknikal akan memberikan sinyal dari data historis pergerakan harga yang disajikan dalam bentuk grafik, baik garis, bar, maupun candlestick. Lalu bagaimana dengan indikator momentum?
Indikator momentum akan mengukur kecepatan dan besarnya perubahan harga dalam periode waktu tertentu. Indikator akan naik ketika trend sedang kuat, pun akan turun ketika trend melemah.
Baca Juga:
Apa Itu Trading Dengan Momentum?
2. Sebagai Indikator Penerusan atau Pembalikkan Trend
Dalam artikel ini, penulis akan mengulas mengenai tips penggunaan indikator momentum sebagai indikator trend following, penunjuk reversal, serta penunjuk divergensi.
1. Sebagai Penentu Arah Trend (Trend Following Indicator)
Di indikator momentum, level 100 digunakan sebagai acuan untuk menentukan trend. Jika garis kurvanya memotong level 100 dari atas ke bawah, maka pergerakan harga akan cenderung bearish. Sebaliknya, jika angkanya memotong garis kurva 100 dari bawah ke atas, bisa dibilang pergerakan harga akan cenderung bullish.
Untuk memberikan arah trend dengan probabilitas tinggi, Anda bisa melakukan filtering dengan menggunakan indikator Simple Moving Average (SMA) berperiode 20. Contohnya pada chart EUR/USD seperti di bawah ini:
2. Sebagai Indikator Penerusan atau Pembalikkan Trend
Fungsi kedua dari indikator momentum adalah untuk menunjukkan trend continuation (penerusan trend) atau reversal (pembalikan trend) berdasarkan pergerakan harga terhadap level-level overbought dan oversold.
Katakanlah indikator momentum mencapai level overbought lalu tiba-tiba turun. Pada kondisi yang demikian, Anda masih bisa mengasumsikan harga berpotensi kembali naik. Oleh karena itu, Anda hanya akan melakukan entry jika harga sudah benar-benar turun. Untuk membantu memperjelas arah trend, Anda bisa menggunakan indikator Moving Average.
3. Sebagai Isyarat Divergensi
Seperti yang sudah disinggung di atas, indikator momentum juga bisa dimanfaatkan untuk mengenali divergensi bullish dan bearish. Apa yang mesti Anda lakukan jika kedua divergensi itu terjadi?
Saat ada momentum divergensi bearish, Anda perlu bersiap untuk melalukan posisi Sell. Sementara jika Anda dihadapkan dengan divergensi bullish, yang perlu dilakukan adalah melakukan posisi Buy. Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan divergensi bullish dan bearish, simak ulasannya berikut ini:
Divergensi bullish, adalah suatu keadaan yang mengisyaratkan pembalikan arah trend (dari bearish ke bullish) dimana harga menunjukkan level Low yang lebih rendah dari sebelumya (Lower Low), sedangkan indikator momentumnya menunjukkan level Low yang lebih tinggi dari level Low yang sebelumnya (Higher Low).
Divergensi bearish, yakni keadaan yang menunjukkan pembalikan arah trend dari bullish ke bearish, dimana pergerakan harganya menunjukkan level High yang lebih tinggi dari sebelumnya (Higher High), sementara indikator momentum menunjukkan level High yang lebih rendah dari level High sebelumnya (Lower High).
Tahukah Anda? Pada dasarnya, hampir semua indikator Oscillator memiliki fungsi-fungsi yang sama dalam mengidentifikasi peluang trading di pasar forex. Selain indikator momentum, Oscillator seperti Stochastic pun juga bisa menjadi acuan sinyal overbought, oversold, juga divergensi. Ketahui info lengkapnya di Cara Membaca Indikator Stochastic Menurut 3 Macam Fungsinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar